Indonesia memiliki banyak peninggalan prasejarah yang menakjubkan, salah satunya adalah rum perunggu terbesar di dunia yang hingga kini masih berada di tempat aslinya, yakni di Pura Penataran Sasih, Pejeng, Bali.

Drum raksasa ini merupakan peninggalan nenek moyang kita yang berasal dari peradaban kuno di wilayah Hindia Belakang atau dikenal juga sebagai Yunnan (sekarang bagian dari Tiongkok). Drum ini seluruhnya terbuat dari logam perunggu asli dan berfungsi sebagai alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul pada bagian atasnya — serupa dengan tambur, tetapi berbahan logam mulia.

Keberadaan drum ini menjadi saksi bisu perkembangan budaya dan spiritual masyarakat Nusantara di masa lampau. Pejeng sendiri, tempat berdirinya drum ini, merupakan kerajaan tertua di Bali, yang sudah ada jauh sebelum kedatangan pendatang dari Kerajaan Majapahit di Jawa.

Drum perunggu sejenis memang banyak ditemukan di berbagai wilayah Nusantara dan telah dikumpulkan di berbagai museum, termasuk di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Namun, drum Pejeng ini istimewa karena ukurannya yang luar biasa besar, menjadikannya drum perunggu terbesar di dunia. Bahkan, penjajah Belanda tidak dapat memboyong drum ini ke luar Bali, karena masyarakat setempat menganggapnya sebagai benda suci yang terkait erat dengan kepercayaan dan adat istiadat.

Di Bali, drum ini dikenal dengan nama "Sasih", yang berarti "Bulan", sejalan dengan kepercayaan bahwa drum ini memiliki nilai spiritual yang tinggi dan dikaitkan dengan kekuatan kosmik.

Hingga hari ini, Drum Pejeng tetap menjadi simbol penting warisan budaya Bali, menarik perhatian para sejarawan, arkeolog, hingga wisatawan dari seluruh dunia. Ia bukan hanya artefak sejarah, tetapi juga bagian hidup dari tradisi dan identitas Bali yang luhur.