Tanggal & Lokasi
Hari/Tanggal: Minggu, 22 Juni 2025
Lokasi: Puncak Kawah Ratu, Gunung Tangkuban Parahu (Jayagiri), Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Acara rutin ini dilaksanakan setiap minggu pertama setelah titik balik matahari dari utara ke selatan (biasanya bulan Juni). Tahun ini menandai pelaksanaan ke-17 sejak inisiasi pada 2008
Sejarah & Makna Spiritual
Berakar dari naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1440 Saka/1518 M), yang menyerukan umat agar menghargai bumi dan menata kehidupan sosial
Inisiatif tahun 2008 bermula dari hubungan silahturahmi masyarakat dengan tetua adat Baduy, yang menekankan pentingnya menjaga tiga gunung suci di Jawa Barat — Tangkuban Parahu, Gede Pangrango, dan Wayang — sebagai sumber kehidupan dan spiritualitas
Setiap siklus windu (8 tahun) memiliki tema khusus. Tahun 2025 menandai akhir windu kedua dan memasuki siklus ketiga—fase semangat, jaringan, dan pembelajaran intensif
Tema & Rangkaian Acara
Tema 2025: Winduan Ketiga – Mekar Energi Semesta
Makna utamanya: memasuki fase ketiga kehidupan—usia produktif, penuh energi dan semangat membangun jejaring positif.
Rangkaian acara:
Kirab Sajen
Hasil bumi (buah-buahan, sayur, bunga, ketela) dikumpulkan dan diarak dengan jampana bambu sekitar 5?km menuju puncak kawah
Mipitan Sabda & Rajah
Pelantunan mantra sakral dan upacara sirih-pinang oleh pelantun rajah dan canoli (penata sesajen), seperti Jaro Manik, Mang Wenda, dan lainnya
Pemijaran Pataka Nusantara
Penempaan simbol kebangsaan—pataka dari logam dan kayu—sebagai simbol identitas bangsa; akan diserahkan pada Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2025
Alung Sajen
Puncak prosesi: penghantaran sajian ke kawah Ratu sebagai simbol syukur dan perdamaian dengan alam. Dipandu oleh Mang Wenda—“ini bukan membuang, tapi ngalungkeun, memberi kalung kepada buyut/alam”
Kajaroan
Pergantian struktur organ te pelaksana (rajah, canoli, pangjejer) pada memasuki windu ketiga, menjaga kesinambungan ritual
? Partisipasi & Nilai Budaya
Dihadiri +-1.500 peserta dari lintas agama, suku, adat (termasuk Baduy, Minahasa, Dayak), budayawan, dan pemangku adat Nusantara
Membuka ruang dialog budaya, memperkuat toleransi, serta membangun jaringan kesadaran lingkungan luas .
Merayakan peran gunung sebagai kabuyutan—pusat spiritual dan ekologi—yang menopang kehidupan masyarakat sekitar
Panduan bagi Peserta
Untuk Anda yang ingin berpartisipasi aktif:
Registrasi tersedia via panitia sejak awal Mei 2025, mengundang umum (Lulusan SMA/SMK & mahasiswa)
Pakaian: dianjurkan mengenakan baju adat Sunda, sarung, iket, sepatu gunung.
Sajian: bawa hasil bumi sederhana (buah, sayur, bunga) sebagai simbol kontribusi.
Etika: hening, hormat selama prosesi, ikuti arahan pihak adat.
Logistik: perjalanan ke puncak Kawah Ratu memerlukan fisik yang cukup; bawa air, pakaian hangat, serta kamera untuk momen sakral.
Manfaat & Dampak
Aspek | Dampak |
---|---|
Lingkungan | Menumbuhkan kesadaran ekologis, menjaga hutan dan sumber air |
Budaya | Memperkuat identitas budaya Sunda dan nilai leluhur |
Sosial | Membangun sinergi antar-suku dan agama |
Spiritual | Reset ritus tahunan untuk refleksi, syukur, dan harmoni |
Mari ikut serta dalam Ngertakeun Bumi Lamba 2025 – bukan sekadar hadir, tapi menjadi bagian dari gerakan menjaga bumi, merawat warisan leluhur, dan membangun jaringan sosial-lingkungan lintas budaya. Daftarkan dirimu, bawa semangat, dan ajak orang-orang di sekitar untuk bergabung dalam momentum sakral ini. Kita jaga bumi, kita jaga warisan, kita jaga masa depan.