Gunung Galunggung, sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menyimpan kisah bencana yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia. Dengan ketinggian sekitar 2.167 meter di atas permukaan laut, Galunggung telah mengalami beberapa kali erupsi besar, namun yang paling dikenal publik luas adalah letusan dahsyatnya pada tahun 1982–1983.
Letusan tersebut bukan hanya menjadi bencana lokal, tetapi juga memicu dampak global. Abu vulkanik Galunggung bahkan menyebabkan kerusakan pada pesawat terbang yang melintas di atas wilayah Asia Tenggara, salah satunya adalah pesawat British Airways Flight 9, yang sempat mengalami mati mesin akibat masuknya abu vulkanik ke dalam mesin pesawat.
Sejarah Aktivitas Gunung Galunggung
Galunggung bukan pendatang baru dalam catatan vulkanologi Indonesia. Letusan besar pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1822 dan menewaskan lebih dari 4.000 jiwa. Letusan ini menyebabkan banjir lahar dan memusnahkan desa-desa di sekitarnya. Letusan ini juga membentuk kawah besar yang kini menjadi daya tarik wisata dengan danau berwarna hijau toska di tengahnya.
Namun, letusan tahun 1982 menjadi yang paling berkesan bagi generasi modern. Dimulai pada tanggal 5 April 1982, Galunggung meletus secara eksplosif dan berlangsung hingga Januari 1983. Erupsi ini memuntahkan material vulkanik hingga setinggi 24 kilometer ke atmosfer dan menyelimuti wilayah seluas ratusan kilometer.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Letusan Galunggung mengakibatkan kerusakan hebat. Sekitar 114 desa terdampak langsung oleh abu vulkanik dan lahar. Ribuan hektare sawah dan ladang menjadi tidak produktif, menyebabkan krisis pangan lokal. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sekitar 68 jiwa dilaporkan meninggal dunia akibat bencana ini, dan ribuan lainnya mengalami luka-luka serta kehilangan harta benda.
Tak hanya itu, penerbangan sipil terganggu secara signifikan. Selain insiden British Airways, tercatat beberapa penerbangan lainnya juga mengalami gangguan mesin akibat abu Galunggung yang sangat halus namun abrasif.
Upaya Mitigasi dan Pembelajaran
Letusan Gunung Galunggung menjadi titik balik penting dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Pemerintah memperkuat sistem pemantauan vulkanik dengan membangun pos pengamatan gunung api yang lebih canggih. Selain itu, edukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana mulai digencarkan di daerah rawan letusan.
Dalam konteks yang lebih luas, letusan ini menjadi pelajaran penting bahwa Indonesia, sebagai negara cincin api (Ring of Fire), harus terus meningkatkan kesadaran akan risiko bencana alam, terutama di wilayah yang dikelilingi oleh gunung-gunung berapi aktif.
Galunggung Hari Ini
Pasca letusan 1982–1983, Gunung Galunggung tidak lagi menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan. Kawahnya kini menjadi objek wisata populer yang menawarkan pemandangan spektakuler dan udara sejuk. Pengunjung bisa menyusuri ratusan anak tangga untuk mencapai puncaknya dan menikmati panorama Tasikmalaya dari ketinggian.
Namun demikian, meski tampak tenang, Galunggung tetap diawasi oleh Badan Geologi Indonesia. Statusnya saat ini adalah “normal” (Level I), namun sejarah panjang letusannya membuatnya tetap dikategorikan sebagai gunung api aktif.