Ramang: Pria Bugis dalam Ekspedisi Prof. Albert Grubauer ke Sulawesi Tengah
Diposting oleh Admin pada 29 Aug 2021
Pada sekitar tahun 1911, seorang pria Bugis bernama Ramang direkrut oleh Prof. Albert Grubauer, seorang ahli etnologi, zoologi, dan kolektor seni asal Jerman, untuk ikut serta dalam ekspedisi ilmiah ke Sulawesi Tengah. Perekrutan Ramang bukan tanpa alasan; kemampuannya memahami dan berbicara dalam bahasa Bare menjadikannya sosok kunci dalam perjalanan bersejarah tersebut.
Ekspedisi ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang budaya, tradisi, serta keragaman hayati di pedalaman Sulawesi, yang pada saat itu masih sangat misterius bagi dunia luar. Prof. Grubauer, melalui catatan perjalanannya yang diterbitkan dengan judul "Unter Kopfjägern in Central Celebes" (Di Antara Pemburu Kepala di Sulawesi Tengah), menceritakan bagaimana peran Ramang sangat vital sebagai penerjemah, pemandu budaya, sekaligus jembatan antara tim ekspedisi dengan komunitas lokal.
Bahasa Bare sendiri merupakan salah satu bahasa daerah penting di Sulawesi Tengah yang saat itu menjadi alat komunikasi utama di beberapa wilayah pedalaman. Tanpa Ramang, ekspedisi ini tentu akan menghadapi kesulitan besar dalam menjalin hubungan dan menggali informasi dari masyarakat adat.
Kisah Ramang menunjukkan betapa pentingnya kontribusi lokal dalam proyek-proyek eksplorasi ilmiah kolonial. Meski seringkali hanya disebutkan sekilas dalam laporan-laporan ilmuwan Barat, peran mereka sangat menentukan keberhasilan ekspedisi dan memperkaya pengetahuan dunia tentang kekayaan budaya Indonesia.
Cerita tentang Ramang adalah bagian dari mozaik sejarah Nusantara yang memperlihatkan keterlibatan aktif anak bangsa dalam membuka tabir keanekaragaman budaya dan alam Indonesia kepada dunia internasional.